Kamis, 25 Agustus 2011

PESAN SAHABAT

       Karya : Graciella Eunike Satriyo

            Hai, kenalkan, namaku Gabriella Riziella, bisa dipanggil Gabriella. Sekarang usiaku 12 tahun dan sudah duduk di kelas 7, di SMP Sweet School. Aku sangat bangga bisa masuk di SMP Sweet School, karena SMP Sweet School adalah sekolah favorit di daerahku . Hobiku ? Hobiku membuat banyak cerpen, yang sebenarnya belum tentu semua jadi, tapi aku sudah meraih banyak prestasi membuat cerpen anak - anak. Ciri – ciriku, tidak terlalu kurus, cantik, pintar, lucu, imut, itu menurutku, mungkin jika kamu melihatku kamu akan terkagum – kagum, haha .


            Kukenalkan juga sahabatku, namanya Imelda, nama lengkapnya Imelda Natasya. Dia sahabatku yang paling baik, hobinya belajar, anaknya sih pintar, tapi takut sama semut. Warna kesukaannya ungu dan yang tidak ia suka ialah hitam, karena menurutnya hitam itu hantu, khayalan. Dia tinggi, kurus dan sangat cantik, tapi jika bertemu dengannya jangan sekali – sekali meminta nomer HP-nya, bisa – bisa dia marah besar .

            Pagi yang indah dengan hawa yang dingin, itu yang kurasakan pagi ini, dengan semangat, aku berangkat sekolah .Setibanya di sekolah, aku disambut manis oleh semua temanku. “ Halo Gab, apa kabar ? “ sapaan itu selalu aku dengar setiap hari, dan hanya aku satu – satunya yang selalu mendapatkan sapaan itu. Katanya sih karena aku ratu kelas, entah dari mana aku mendapat julukan itu .

            Hari ini di sekolah aku mendapatkan pelajaran biologi, fisika, kimia, sejarah, dan geografi, sekumpulan pelajaran yang paling aku benci, kamu tahu kenapa ? Karena banyak yang harus dihafal, sehingga membuat otakku berputar tanpa henti. Namun aku punya prinsip untuk tidak boleh putus asa sebelum berusaha, keren kan !

            “ Gabriella ! “ teriak seseorang sambil memukul pundakku. “ Aw, sakit tahu ! Oh, Geizya, kenapa ? Ada apa ? “ kataku kepada seseorang yang ternyata Geizya Veronica. “ Cepat turun dan berbaris di halaman, beritahu teman – teman yang lain juga,  jangan menunggu Imelda lagi ! “  katanya. Geizya Veronica memang anak yang galak dan suka main perintah, aku sih jarang di perintah, hanya sesekali saat akan baris, tapi teman – temanku yang lain sangat sering, sampai aku kasihan pada mereka. “ Iya, “ jawabku singkat .

            Huh, ternyata capai juga naik turun tangga, tapi tidak apa, biar aku tambah kurus. “ Halo Gab, maaf agak telat, tadi ban motorku bocor, “ kata Imelda yang  tiba – tiba ada di sebelahku. “ Oh “ jawabku sangat singkat. Dia hanya diam dan membuka buku yang selalu ia baca setiap hari yaitu buku sejarah, buku yang paling membosankan menurutku. Pelajaran pun dimulai, kami belajar dengan tenang dan tertib.

            Setelah 120 menit belajar, waktu yang aku tunggu – tunggupun tiba yaitu istirahat. Jam istirahat hanya sekali karena kami pulang pukul 10.30. “ Gab, ke ruang perpustakaan yuk ! “ kata Imelda. Aku langsung menyetujui permohonannya. Tapi ya begitu, sampai disana yang dibuka adalah buku sejarah, sedangkan aku membuka novel. Ya, lumayan untuk menambah wawasan bahasaku, dan juga tidak membuatku pusing. Sayangnya baru membaca dua lembar bel masuk berbunyi, aku harus mempersiapkan diri memutar otakku lagi .

            Seperti anak kecil, saat berbunyi bel pulang sekolah, semua pada berteriak tanpa sebab, itulah kelasku. Kebetulan ini hari Sabtu, aku akan pergi ke rumah Imelda, mau main sebentar. “ Nanti aku ke rumahmu ya, Mel, “ kataku pada Imelda. “ Siap ! makan, minum, camilan, buah dan mainan sudah tapi diriku belum tentu, “ jawabnya sambil melawak. “ Ah, gitu dah, ada aja bercandanya, “ jawabku pelan.“Hahaha, sip deh ! “ Imelda memang anak yang lucu dan seru, makanya aku senang dengan dia, satu lagi, dia bisa mengerti perasaan sahabatnya, dan tidak mudah tersinggung, tidak mudah mencari sahabat sepertinya.

            Jarum pendek tepat menunjuk angka 1 dan jarum panjang diangka 6. Aku segera bergegas menuju rumah Imelda. Aku diantar bundaku yang sangat cantik dan baik. “ Ayo nak, cepatlah ! ” kata bunda dari dalam mobil. “ Iya bunda, “ jawabku . Sampainya di rumah Imelda, aku disambut manis olehnya, dia anak yang sangat ramah pada semua orang. “ Imelda, kita mau main apa ? “ tanyaku. “ Main tinju, “ jawabnya iseng sambil unjuk gigi dihadapanku. “ Ih, kitakan perempuan. Hmm, belajar aja yuk, “ ajakku. Diapun menyetujuinya. Tetapi tidak lama belajar, HP-ku berbunyi. “ Halo, iya bunda, ada apa ?“ sapaku.“ Nak, maaf bunda memberitahukannya mendadak, karena bunda memang baru mengetahuinya, besok kita harus pindah ke Amerika, karena ayah dipindah tugaskan, maaf ya nak, sekarang kamu boleh bermain bersama Imelda sampai jam 08.30, oke ! “ jelasnya panjang. “ Tapi bunda, aku tidak mau pindah, “ jawabku sedih. “ Tapi ini wajib nak, sudah ya, nanti kalau kamu sudah pulang, bunda jelaskan lagi, “ kata bunda. “ Iya bunda, “ aku langsung menutup HP lipatku. Aku meneteskan air mata dan tidak bisa kutahan lagi.“ Kenapa, Gab ? “ tanya Imelda. “ Besok aku harus pindah ke Amerika ! Kamu mendengarnya bukan ? Amerika ! Aku tidak mau Imelda, “ jawabku. “ Yah, terus gimana dong ? Kita tidak bisa bertemu lagi, tapikan kamu senang bisa pindah ke Amerika ? “ aku diam sejenak, berfikir apa yang harus kukatakan lagi. “ Iya sih, tapi aku memiliki dua masalah, “ kataku. “ Masalah apa ? “ tanya Imelda. “ Yang pertama aku tidak mau kehilangan kamu, dan yang kedua aku tidak bisa berbahasa Inggris, “ kataku sambil menatap Imelda. Kami tertawa serentak, lalu Imelda berkata, “ Walaupun kamu pergi kamu tetap ada di hatiku, kita sahabat selamanya, “ aku tersenyum dan meneteskan air mataku lagi mendengar kata manisnya itu. “ Iya, kamu adalah sahabatku yang terbaik. “ Oh, indahnya persahabatan . Aduh hatiku tetap gusar, tapi.., aku harus bisa menerimanya ! Karena ini pasti jalan yang terbaik untukku dan keluargaku. Aku harus menikmati hari terakhir ini . 

Aku melihat arlojiku. Oh, tidak ! sudah pukul delapan. Waktuku tinggal tiga pulih menit.“ Imelda, waktuku hanya tiga puluh menit lagi, “ kataku sambil meneteskan air mata. “ Sudahlah,  suatu saat nanti kita pasti akan bertemu kembali, “ katanya. “ Imelda ! aku tidak mau, beberapa bulan lagi, aku harus kembali, kamu jangan berbicara begitu! “ jawabku menolak . “ Ya, baiklah, aku turuti saja, yang penting kamu bisa menerima semua dengan ikhlas, dan senang hati, “ jelas Imelda sambil tersenyum padaku. Dia memang begitu cantik .

            “ Ting..Tong..La..La..Ting..Ting “ bunyi bel rumah Imelda. “ Itu pasti bundaku, “ jawabku spontan.  “ He..he.. tidak apa Gab, aku cuma pesan satu untukmu. Kejujuran adalah segalanya. Dengan jujur, kamu bisa tenang, oke ! “ jelas Imelda. “ Oke, kamu memang sahabat yang selalu bisa menasehatiku, “ kataku sambil memeluk Imelda. “ Gabriella, cepat, sudah malam, jangan lupa pamit dan mengucapkan terimakasih pada ayah dan bunda Imelda, juga Imelda, “ tegur bunda. “ Baik bunda. “ Aku langsung melaksanakan yang diperintahkan bunda. “ Gabriella Riziella, jangan lupakan aku, maaf aku tidak bisa mengantarkanmu besok,“ kata Imelda lembut sambil meneteskan air mata. “ Iya, hubungan kita jangan sampai putus ya sobat, aku titip salam untuk semua teman di sekolah sweet school, karena besok aku tidak bisa ke sekolah, ” kataku. “ Oke, da..da.. sampai jumpa Gabriella Riziella, “ teriak Imelda saat aku sudah berangkat menuju rumah.“ Iya, da..da.. “ Huh, kenapa ini harus terjadi ? Tidak rela ! Sangat tidak rela ! aku belum sempat mengucapkan kata sampai jumpa pada guruku, dan semua temanku di sekolah. Apalagi aku harus meninggalkan Imelda, dan Indonesia tercinta ini. Tapi , ya , sudahlah, apa lagi yang bisa kuperbuat, menolakpun tak mungkin.

            “ Ya Tuhan, ampunilah aku atas semua kesalahanku pada Imelda, aku tidak menyangka hari ini adalah hari terakhir aku melihat wajahnya yang selalu ceria. Entah berapa bulan lagi aku bisa bertemu lagi dengannya. Aku percaya ini adalah jalan yang terbaik untukku dan untuk Imelda. Berikanlah aku kekuatan ya Tuhan, Amin. “ Hanya itu yang bisa kupanjatkan ke hadirat-Nya. Air mataku berlinang tanpa henti, berat rasanya jika aku harus meninggalkan Imelda. Hati ini begitu sesak sekali. Huh, sabarlah Gabriella Riziella. Hm, dari pada aku larut dalam kesedihanku, lebih baik aku tidur saja. Selamat malam Indonesia, semoga bermimpi indah .

            “ Sayang, ayo cepat, kita harus segera menuju bandara ! “ teriak bunda dari luar kamar. Kenapa sih begitu cepat ? aku tidak bisa membayangkan jika aku sudah disana, aku pasti akan pusing, setres, dan diam tampa teman, kamu tahu kenapa ? Ya, karena aku tidak bisa berbahasa Inggris, bisa sih, tapi hanya sedikit – sedikit saja, itupun masih patah – patah, dan bahasanya tidak teratur. Aku punya kemampuan berbahasa Indonesia, Jawa dan Jepang, tapi kenapa ayah tidak dipindah tugaskan ke Jepang aja ? Kenapa harus ke Amerika ? Kan pusat perusahaan ayah di Jepang ? Sungguh teka – teki yang unik. Pasti kamu merasa aku aneh, karena aku bisa menasehati diriku untuk sabar, tapi diriku juga tidak bisa dinasehati, inilah Gabriella Riziella. “ Gabriella ! jangan melamun, sadar, nanti kesambet loh. “ tegur bunda yang ternyata ada dihadapanku. “ Hahahaa, bunda kok bisa disini ? Maaf bunda, aku masih cinta Indonesia dan isinya, hehe. “ kataku sambil memasang muka memelas. “ Iya sayang, kita pasti tidak terlalu lama, tidak sampai puluhan tahun disana, nanti kalau Tuhan sudah mengijinkan, pasti kita akan kembali ke Indonesia lagi, sudah, jangan melamun lagi. “ jelas bunda sambil mengelus rambutku. “ Baik bunda, Gabriella ganti baju dulu ya, “ bunda hanya tersenyum padaku. Bangganya aku memiliki bunda sepertinya, yang selalu memberi semangat padaku. Ayah juga seperti itu, ia selalu memberiku semangat setiap hari. Oh, sungguh keluarga yang sangat berbahagia, hehe .

            Garuda Indonesia dengan nomer penerbangan 0131 tujuan Jakarta – Amerika Serikat, segera diberangkatkan. Nah..kan.. da..da.. Indonesiaku, da.. Imelda, da.. semuanya, dan.. selamat datang Amerika. Huh, semoga aku tidak lama tinggal disana, membosankan. “ Ayo nak, cepat naik ke pesawat ! “ tegur bunda. “ Gabriella, kamu tidak boleh sedih, orang yang kamu tinggalkan di Indonesia pasti tidak akan pernah melupakanmu, nikmatilah kehidupanmu yang baru, selalu ingat pada Tuhan, itu pesan Ayah, “ kata ayah. Aku hanya bisa tersenyum padanya. Pesawatkupun lepas landas, da..da.. Indonesia, aku pasti kembali .

            “ Welcome to America “ jika hanya tulisan seperti itu aku masih bisa mengerti, hehe. Aku melihat tulisan itu setelah satu hari di pesawat, lelah rasanya. Pesawat yang kunaiki adalah pesawat terbaru, mampu melakukan perjalanan dua hari non-stop, hebat kan ? Iya hebat, pesawatnya kan tidak capai, penumpangnya nih, salah satunya Gabriella Riziella asal Indonesia, haha . Kata bundaku, aku akan bersekolah di America School, katanya sih sekolahnya bagus, tapi kalau sekolahnya bagus tapi aku tidak mengerti, ya, samimawon, tahu arti samimawon ? Itu bahasa Jawa, artinya sama saja. Aku memang pandai berbahasa Jawa. Aku cinta bahasa daerah asal Indonesia, sangat unik dan beragam. Sekarang aku harus menghadapi bahasa yang tidak aku mengerti, meskipun dulu sekolahku bertaraf internasional, dan diajarkan banyak bahasa dari seluruh dunia. Hanya satu pelajaran yang paling susah aku pahami, yaitu bahasa Inggris. Aku memang harus giat belajar kali ini. Besok aku mulai sekolah, semoga aku bisa mengerti apa yang dijelaskan, amin . 

Akhirnya aku sampai rumah juga. Rumah yang baru, sangat bersih, begitu juga dengan lingkungan sekitarnya. Rumahku disini hanya pinjaman perusahaan ayahku, tidak terlalu besar, cukup untuk kami ber-tiga. Kalau ke Amerika jangan lupa mampir ke rumahku, tapi jika aku belum pulang dari sini, hehe. Sekarang aku mau tidur ah, sudah malam, selamat malam, semoga bermimpi indah .

            “ Lala..la..la.. go to school “ mulailah belajar bahasa inggris sejak sekarang Gabriella Riziella, hehehee. Tidak sekolahku yang di Indonesia, tidak yang di Amerika semuanya pasti ada tulisan “ School“ heran aku . “ Good morning students, how are you today ? Fine ? Okay. Now, we talk about introductions, please open your book page nine ! “ aduh, tuh kan, apa artinya ? aku tidak tahu nih, ngomongnya cepet lagi, kalau pelan – pelan mungkin aku masih bisa mengerti sedikit- sedikit. Masa gurunya tidak sadar sih kalau aku bukan orang Amerika ! Aku tidak bisa berbahasa sepertinya ! Maksudku berbahasa Inggris, memusingkan kepalaku saja ! Aku yang salah atau beliau yang salah ya ? Ah pusing ! “ Gabriella Riziella, come here ! Please introduce your self ! “ Ya ampun, apa lagi nih ? Apakah ia memanggilku ? Tapi apa maksudnya ? Aku hanya bisa diam, dan guru itu terus memandangiku, tapi akhirnya dia membuka semacam daftar nama, yang disana namanya students book. Kali ini aku tidak berharap ia mengucapkan kata come here dan sebagainya. Bermenit - menit berlalu. Teman – teman yang lain hanya bisa duduk manis. Akhirnya guru itu melambaikan tangannya dengan maksud memanggilku. Mau diajak kemana aku ini ?

 “ Head Master “ ada papan bertuliskan itu, sepertinya ini adalah ruang kepala sekolah. “ Selamat Pagi Gabriella, saya kepala sekolah disini, “ sapa beliau. “ Oh iya pak, saya Gabriella, bapak bisa berbahasa Indonesia ? “ kataku sambil berjabat tangan dengannya. “ Iya, bapak berasal dari Indonesia, bapak dipindahtugaskan ke sini. Dulu bapak menjadi kepala sekolah di sekolah Sweet School. Sekolah itu bercabang ke seluruh dunia. Bapak di pindah ke sini karena kepala sekolah di sini dipecat karena ada suatu masalah, begitu nak, “ jelas kepala sekolah itu . Ya, ampun, ternyata beliau adalah mantan kepala sekolahku ! Tapi mengapa aku tidak mengenalnya ya ? Yang aku kenal hanya Ibu Sulistyowati, Bapak Herman Santosa, Bapak Nobhi dan Sensei Zizhuka hanya itu, atau mungkin beliau adalah kepala sekolah sebelum aku masuk sekolah sweet school, tapikan TK, SD, SMP dan SMA jadi satu, dan kepala sekolahnya juga satu. Perwalian sekolah baru banyak. Jika beliau menjadi kepala sekolah sebelum aku masuk sekolah sweet school, berarti sudah  delapan tahun yang lalu, tapi beliau masih kelihatan muda, jika kutebak, umurnya masih 30 tahun, masa dia menjadi kepala sekolah saat ia berumur 22 tahun ? Peraturan di sekolahku yang dulukan kepala sekolah minimal 27 tahun keatas , ah, membingungkan aku saja. “ Kenapa nak ? Kok melamun ? “ tanya beliau sambil memasang muka bingung. “ Oh, tidak apa pak, saya hanya heran, sejak kapan bapak menjadi kepala sekolah di sekolah Sweet School ? Karena saya di Indonesia bersekolah di sana, sejak saya TK,” jelasku. “ Oh, begitu, saya mengerti, pasti kamu bingung karena kamu tidak pernah mengenal saya ya ? Saya sudah dipindah tugaskan sejak 12 tahun yang lalu, karena itu mungkin kamu tidak melihat saya, “ jelas beliau. “ Wah, hebat, tapi bapak masih terlihat muda, sedangkan peraturan sebagai kepala sekolah disana harus berusia 27 tahun ke atas, itu yang membuat saya bingung, “ kataku. “ Hehe, bapak sudah berusia 43 tahun, nak. Ya sudah, sekarang bapak mau bertanya, apa kesulitanmu belajar di sini ? “ tanya kepala sekolah itu. “ Hmm, saya kurang memahami bahasa Inggris. Sejak TK saya memang sudah diajarkan berbagai bahasa, seperti bahasa Prancis, Jepang, Mandarin, Melayu, Inggris, Ibrani, dan yang lainnya, tetapi saya paling susah memahami bahasa Inggris. Apakah bapak bisa membantu mendampingi saya dalam belajar ? “ jelasku panjang lebar. “ Tentu, baiklah, saya akan mendampingimu, sekarang kamu boleh pulang, dan setiap pelajaran yang hari ini dijelaskan di kelas, akan saya jelaskan nanti dirumahmu. Oke, saya tunggu pukul 16.00. Selamat pagi, hati – hati dijalan.” Ternyata kepala sekolah di sini sangat ramah ya, aku senang. Aku hanya bersalaman dan mengucapkan terimakasih lalu pulang. Disini aku tidak merepotkan bunda lagi. Aku bisa berjalan kaki ke rumah, jarak rumahku dengan sekolah sangat dekat sekali. Aku jadi tidak sabar menunggu kehadiran pak guru. Eh iya, aku lupa menanyakan namanya, nanti deh aku mau tanya, semoga ingat, hehe.

            Aduh, pak guru kok lama sekali ya ? Aku sudah siap nih, sudah lebih setengah jam lagi . “ Ting.. Tong..” hore! Itu pasti pak guru !, “ Sore pak, “ sapaku. “ Good evening, how are you today ? Now we talk about introductions, please introduce your self. “ huh, sepertinya dia hanya mengerjaiku, kan aku tidak mengerti , menyebalkan! “ Pak.. saya.. tidak.. mengerti.. “ kataku pelan. “ Hahahahahaa, kamu ini, belajar dong. Iya, nanti kamu pasti bisa, yang penting mau berusaha. Oh iya saya belum memperkenalkan diri, my name is Denny Meghaton Mamelas, panggil saja saya Pak Denny, Gabriella. “ Wah, benarkan bapak ini mengerjaiku ! Sebelum aku bertanya ternyata beliau sudah menyebutkan namanya. Namanya Pak Denny, aku jadi ingat si Denny, sahabatnya Merisko, anaknya sih pintar, tapi benar – benar tidak mau mengampuni orang. Heran aku, padahal Tuhan sudah mengajarkan kita untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita, benar kan ? Tetapi ia tidak mau. Memang aneh, tapi ya sudah, tidak apa. Hanya Tuhan yang mampu melembutkan hatinya. Sudahlah, nama boleh sama tapi jangan sampai sikapnya sama, hehe. “ Kamu kenapa sih ? dari tadi melamun terus, mikirin siapa tuh ? hehe, atau ada yang aneh dari bapak ? “ tanya Pak Denny. “ Oh tidak pak, maaf. Mari kita mulai belajar, saya sudah tidak sabar lagi, hehe. “ Aduh, aku ini memang anak yang terlalu banyak pikiran, yang membuat kepalaku pusing setiap hari, lama – lama aku bisa depresi nih .

            “ Ya, belajar kali ini sudah dulu, kita lanjutkan besok. Seterusnya juga seperti ini ya. Jangan lupa belajar juga lagi, dan jangan lupa berdoa. Tuhan pasti memberikan kemampuan yang lebih padamu, “jelas Pak Denny. “ Baik pak. Terimakasih, Tuhan Memberkati. Hati – hati di jalan ya pak. “ Huh, selesai juga. Pak Denny tersenyum padaku dan pamit pada orang tuaku. Ternyata belajar juga butuh perjuangan ya, baru dua hari di Amerika aja bosen, apa lagi berbulan – bulan, gak bisa kubayangkan lagi.

             Setelah keputusan pak Denny keluar, yaitu tentang aku. Aku hanya bersekolah seminggu 3 kali. 3 bulan setelah hari ini. Enak bukan? Enak sih, tapi temanku pasti sedikit. Aku masih harus dibimbing sendiri, dengan cara sekolah rumah, artinya sekolahnya di rumah gitu. Semoga aku masih bisa mengikuti jejak teman – temanku yang lain, amin .
3 Bulan kemudian …
            Sudah 3 bulan aku di Amerika. Bahasa Inggrisku sudah lumayan lancar. Aku sudah mulai masuk sekolah seminggu 3 kali. Aku jadi tidak sabar. Aku mau mandi dulu, setelah itu berangkat sekolah, menikmati sekolahku yang baru ini, hehe .

            “ Good morning, what’s your name?  Are you Gabriella ? “ sapa seorang anak. “ Morning, yes I am Gabriella, what’s your name ? “ sapaku kembali sambil bersalaman dengannya. “ I am Winston Razxinqi, but you can call me Winston. “ Anak ini sangat manis, tampan, dan sangat ramah. “ Oh, nice to meet you Winston. I wont go to class now, see you letter. “ Aduh bener gak ya kata – kataku tadi, semoga bener. “ Okay.“ Aku sudah punya satu teman disini nih, senangnya hatiku. “ Hi ! Are you Gabriella ? Do you from Indonesia ? “ tanya seseorang saat aku memasuki kelasku. “ Yes, Iam Gabriella, from Indonesia “ jawabku percaya diri. “ Hai, aku juga dari Indonesia. Aku dipilih untuk mengikuti pertukaran pelajar. Aku tidak sendiri, aku bersama Winston Razxinqi, Mary Zangela Olivia, Michelle Triposa Angelica, Angela Quinsqi, Garry Van Joseph, Raqa Zaqnata Junior, dan aku Graciella Valencia. Tapi bisa dipanggil Winston, Zangela, Michelle, Angela, Joseph, Raqa dan aku Graciella. Nanti aku kenalkan dengan yang lain deh, hehe. “ Ternyata mereka adalah siswa yang mengikuti pertukaran pelajar. “ Wuih, kalian pasti sangat pintar. Aku tadi bertemu dengan Winston, ia menyalamiku. Ternyata ia juga seorang dari kalian. Senang berkenalan denganmu, “ kataku sambil berjabat tangan dengannya. Dia anak yang baik. Dia benar – benar mengenalkanku pada teman – temannya itu, termasuk Winston, dan kami bersahabat .

            Tidak terasa kami sudah menjalani persahabatan ini selama 2 bulan, mereka sangat seru, tidak beda jauh dengan Imelda. Mereka mengajarkan aku bahasa Inggris, dan membagikan ilmu mereka kepadaku. Sungguh persahabatan yang sangat – sangat indah. Eh iya, hari ini aku di ajak ke America Mall, bersama mereka ber - tujuh, aku diijinkan oleh bunda dan ayahku asal tidak pulang terlalu malam. Sekarang aku mau siap – siap karena aku mau dijemput sama mereka, hehe.

            “ Kita ke time zone aja yuk ! “ kata Winston. “ Ah, like a children, let’s go to food court ! “ tolak Michelle. “ Ah, kamu ini makan aja maunya ! “ kata Raqa dengan kesal. “ Sudahlah, tidak apa makan, perutku sudah ber-bunyi, “ kata Zangela menyetujui usul Michelle. “ Ya sudah, “  jawab Raqa dengan pasrah. “ Ah, Raqa kalau sudah Zangela yang bilang pasti diem, hehe, “ usil Angela. “ Raqa kan memang begitu, he..he.. ! “ Kasian Raqa, tadi sama Angela sekarang sama Joseph. “ Sudah.. sudah, jangan berantem, kaya Gabriella nih lo, diem aja, hehe. ” Aku dipuji sama Graciella nih, jadi malu, haha. “ Eh, siapa juga yang berantem, saya hanya perang kata – kata. “ Haha, mereka juga lucu, kelihatan seperti berantem tapi pada dasarnya hanya bercanda. Mereka tidak pernah berantem, semua rukun, cantik, ganteng, lucu, pinter lagi. Senang aku bisa berteman dengan mereka. Tapi aku tidak melupakan Imelda kok, dia tetap sahabatku, sahabat selamanya, aku juga masih berhubungandengannya.

 Akhirnya sampai juga di food court, laper nih, makan apa ya, emm, steak and orange juice saja deh. Aduh, aku lupa bawa dompet nih, gimana dong, malu kalau minta, gak enak. Eh, kebetulan uang Raqa jatuh, lumayan 20 dolar, ambil ah. Utung tidak ketahuan, hampir saja terlihat oleh Joseph. 

            “  Teman – teman, uangku hilang 20 dolar, dimana ya ? Ada yang lihat tidak ? “ kata Raqa. Aduh, gimana nih, bisa – bisa aku ketahuan. “ Hayo, ada yang mengambil ya ? “ rayu Michelle. Gimana nih, udah keluar keringat dingin lagi. “ Kenapa Gab ? Kok kamu gugup ? Jangan – jangan kamu yang mengambil ya ?” kata Winston. Gimana ya ? Jawab gak ? “ Eng..Engg..Enggak, bukan aku yang mengambilnya, jujur deh. “ Huh, untung saja. “ Eh, kok di tas Gabriella ada uang 20 dolar ? bukannya kamu tidak mempunyai uang 20 dolar ? Bukannya semua uangmu 10 dolar semua ? Kan hanya uang 10 dolar saja yang boleh kamu bawa kata bundamu. Jujur deh Gab, kami semua paling tidak senang dengan pembohong ! “ Teman - teman yang lainpun berteriak – teriak, aku hanya bisa diam saja. “ Apa sih maumu Gab ? kalau mau meminjam bilang saja ! Aku paling benci dengan pencuri dan pembohong !“ kata Raqa padaku. Apa yang bisa kulakukan sekarang ? Aku hanya bisa lari tanpa arah, Zangela mengejarku. Akhirnya aku tertangkap juga, mereka semua marah padaku, aku sungguh – sungguh menyesal, mereka semua memusuhiku. Aku jadi teringat pada kata – kata Imelda. Karena aku tidak jujur aku menjadi gusar, gelisah, dan tidak tenang. Ya Tuhan, ampunilah aku, apa yang bisa aku lakukan lagi, aku tidak mungkin berbicara dengan Imelda, aku tidak mau mengecewakannya. Tadi pada saat aku lari Zangela berkata padaku, “ Gab, kamu minta maaf saja pada mereka, siapa tahu mereka mau memaafkanmu, dan kamu harus berjanji tidak mengulanginya lagi. “ Tapi aku juga sudah melakukan apa yang dikatakan Zangela, yang kudapat tetap sama tanpa perubahan, apa memang ini belum waktunya untuk mereka memaafkanku ? Aku capai begini terus.

            “ Raqa, aku minta maaf ya, aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi, bener deh,” kataku sambil meneteskan air mata. “ Ya sudahlah, dari pada aku menyimpan dendam padamu, aku maafkan, tapi kamu harus janji tidak mengulanginya lagi pada siapapun, lebih baik kamu terbuka dan jujur jika kamu membutuhkan uang dan jika kamu bersalah jujurlah, kami pasti tidak akan marah padamu, dengan kejujuran, kamu pasti tidak begini, kamu pasti tenang. Janji ya ! “ jelas Raqa. “ Iya aku berjanji, aku sangat menyesal, aku mau belajar jujur dengan apapun yang aku butuhkan, dan atas semua kesalahanku. “  Ya, untunglah, Tuhan masih memberiku kesempatan lagi, biar aku boleh berubah. Benar kata Imelda. Ya Tuhan ampunilah aku ini dan terimakasih, kalau aku masih bisa bersahabat dengan teman – temanku yang ada di Amerika ini, amin. 
3 Bulan kemudian …
            Tidak  terasa, sudah 6 bulan aku disini, untung hubunganku dengan Imelda tidak pernah terputus. Kok ada yang getar ya ? Eh, ternyata HP-ku. Imelda ? Ada apa ya ? Tumben dia menelefon. “ Hai,Gabriella, apa kabar ? Kangen tahu, kalau cuman chat sama sms saja bosen, kepingin mendengar suaramu sayang, hehe, “ sapa Imelda. “ Ih, siapa kamu ? Aku tidak mengenalmu ! “ jawabku menipu. “ Ah, kamu gitu dah ya.. “ Lucu ya dia, gak pernah berubah. “ Hahaa, iya – iya, aku tidak mungkin melupakanmu Imeldaku, aku baik – baik saja disini, tapi, aku disini tidak masuk sekolah selama 6 bulan, aku sekolah rumah, maksudnya sekolah dirumah, masih dibimbing selama 6 bulan hanya saja setiap seminggu 3 kali aku harus ke sekolah untuk penyesuaian diri, minggu depan aku baru mulai masuk ke sekolah dengan normal, “ jelasku. “ Ih, kok enak ? Ikut dong, hehe, iya, hati hati yaa. Ingat pesanku, kejujuran itu segalanya, jangan pernah berbohong ya, biar hidupmu selalu tenang, oke . Eh, maaf ya, pulsaku mau habis. Besok kita lanjutin lagi. Sekarang lewat facebook aja ya. “ Huh, Imelda, cepet banget. Tapi tidak apa deh, yang penting aku masih bisa mendengarkan suaranya. “ Oke, tapi sekarang aku mau sekolah rumah, hehe, besok siang aja ya, oke ! “ Kok tidak di jawab sih. “ Hallo.. hallo.. IMELDA ! “ Duh, ada apa ini …

 “ Bunda ! kenapa Imelda tidak menjawab perkataanku lagi ? “ tanyaku sambil meneteskan air mata.  “ Mungkin sudah ia matikan, atau lupa mematikannya sayang, “ hibur bunda. “ Tidak bunda, tadi aku masih terhubung dengannya, perasaanku tidak enak pasti ada sesuatu. “ Air mataku menetes tiada henti. Tiba – tiba, HP-ku berbunyi, ternyata Imelda, “ Sayang, ini Tante Elisha, bunda Imelda. Imelda pingsan sayang, sekarang Imelda di rumah sakit, bantu doa saja ya sayang. “ aku juga sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ya Tuhan, apa yang terjadi? Aku punya ide aku bilang saja Imelda kritis biar aku diijinkan ke Indonesia, karena hanya itu yang bisa kulakukan untuk merayu bundaku ini, “ Bunda ! Bunda Imelda tadi menelponku, katanya Imelda pingsan, dan dirumah sakit, ia kritis, bunda, aku mau ke Indonesia sekarang juga, tolonglah bunda. “ aku hanya berharap bunda menyetujuinya. “ Hah ? baiklah nak, karena Imelda sahabatmu dan tante Elisha sahabat bunda, bunda usahakan, kamu tunggu saja ya, berdoa ya. “ Hore, diijinkan. Ayo, cepatlah! “ Baik nak, bunda sudah memesan tiket 2 untuk ke Indonesia, pukul 16.00 sore ini. Sekarang kamu siap – siap, bunda sudah ijinkan kamu pada Pak Denny, dan juga ayah. Cepat ya nak, “ seru bunda sambil meneteskan air matanya. Aku langsung buru – buru dan berangkat menuju bandara bersama bundaku tercinta. “ Nak kita sudah mau berangkat, kamu tidur saja dulu, biar besok di rumah sakit tidak mengantuk, oke !“ nasihat bunda. “ Iya bunda, “ jawabku sambil mencium keningnya .

            “ Hallo, Elisha, Imelda masuk rumah sakit mana ? “ tanya bunda pada Tante Elisha melalui telefon, “ Di rumah sakit Prima Jaya nomer 113. “ Aduh, gimana ya keadaan Imelda? Semoga ia tidak benar – benar kritis. “ Nak, berdoalah untuk Imelda ya “ kata bunda. “ Pasti bunda, “ jawabku .

            “ Elisha, gimana Imelda ? “ Kalimat pertama yang ditanyakan bunda pada tante Elisha saat kami tiba di rumah sakit. “ Imelda mendadak kritis, mari sihlakan duduk, saya ceritakan. “ kata tante Elisha , ia meneteskan air mata tiada henti. “ Lho, Elisha, kata Gabriella, bukannya Imelda memang kritis ? “ Aduh, gimana nih, ketahuan, ih. “ Oh tidak, dia sebelumnya hanya pingsan biasa, tapi sekarang dia menjadi drop keadaannya. “  Yah kan, aku langsung diomeli bunda, “ Gabriella ! apa yang kamu katakan ? Jangan belajar bohong ya ! Selama di Amerika bunda juga sudah melihat perilakumu, kamu sering bohong ! Terutama tentang kamu mengambil uang Raqa, tapi untung bunda masih tunggu waktunya untuk menasehatimu ! Sekarang kamu telah membohongi bunda kalau Imelda kritis ! Apa maksudmu membohongi bunda ? “ marah bunda. “ Bi..biar.. aku boleh ke Indonesia menjenguk Imelda, bunda, “ kataku terpatah- patah. “ Kalaupun kamu tidak berkata Imelda kritis, bundapun tetap akan ke Indonesia. Setiap kata – katamu itu doamu, apa yang kamu katakan bisa terjadi, makanya jaga mulutmu, jangan sembarangan berbicara ! Jangan belajar jadi penipu, jadi pembohong ! Kamu ingat nasihat Imelda, kejujuran adalah yang segalanya, ingat itu ! Ingat, bunda tidak mau mendengar cerita dari teman – temanmu lagi, jika kamu sering menipu dan berbohong ! Jangan lupa minta ampun pada Tuhan ! “ jelas bunda. “ Iya bunda. “ Hanya itu yang bisa kukatakan. “ Sudahlah, tidak apa , mungkin dia memang salah, tetapi dia sangat ingin ke Indonesia sehingga dia salah tingkah, yang penting Gabriella tidak boleh mengulanginya lagi ya, “ kata Tante Elisha. “ Iya tante, maafkan Gabriella, Gabriella sudah berbohong dan mengatakan yang tidak benar tentang Imelda. “ Aku meneteskan air mata tiada henti. 

            “ Ibu, apakah ibu adalah bunda dari Imelda Natasya ? “ tanya seorang perawat di rumah sakit itu kepada tante Elisha. “ Iya benar, ada apa, sus ? “ tanya tante Elisha dengan muka bingung, dan meneteskan air mata tiada henti. “ Maaf.., Ibu harus sabar ya ,bu. Imelda sudah dipanggil Tuhan. Mari kita ke ruangan Imelda. “ kami semua berteriak menangis, dan bertanya pada Tuhan, mengapa secepat ini ? Kami melihat Imelda terbujur kaku. Ya, Tuhan, mengapa aku tidak bisa mengucapkan kata – kata terakhir dihadapannya ? Walaupun aku sudah berbahagia bisa bersahabat denganya, dan memperoleh nasihat – nasihat darinya, hati ini sangat menolak sekali ! Aku berkata pada tante Elisha dan bundaku, “ Bunda, tante, maafkan aku atas semua kesalahanku selama ini, aku bangga memiliki sahabat seperti Imelda, dan mungkin ini adalah jalan yang terbaik, kita memang harus tabah. “ Mereka tersenyum dan memelukku. Aku hanya bisa memegang tangan Imelda dan menangis. “Imelda, aku akan selalu mengingat perkataanmu, kejujuran adalah segalanya, maafkan aku, jika selama ini aku hanya berkata ‘Iya’ dihadapanmu namun sebenarnya aku tidak pernah mengikuti nasihatmu, aku sering berbohong, aku sering menipu teman – temanku, aku tidak pernah menanamkan kejujuran dalam hidupku, sekarang aku sadar, dan aku mau berubah, i love you Imelda, selamat jalan.. “ Aku menyadari semua kesalahanku, hobiku ialah berbohong, mulai sekarang, aku akan meminta maaf pada semua orang yang kubohongi, dan benar – benar tidak mengulanginya lagi, aku benar – benar menyesal, sangat menyesal, berbohong hanyalah bisa untuk menyakiti, menyiksa diriku sendiri, membuatku dihina, membuatku dimarahi dan membuat namaku rusak dimata orang lain. Aku mau berubah, aku ingin menjadi berkat ditengah – tengah masyarakat, dan menjadi Gabriella Riziella yang baru, yang lebih baik dari sebelumnya …

Senin, 22 Agustus 2011

ALAT UKUR BESARAN POKOK


1. ALAT UKUR PANJANG.
Satuan standar untuk panjang adalah meter, dimana 1 meter sama dengan jarak yang ditempuh oleh cahaya dalam ruang hampa selama 1/299.792.458 sekon.
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur besaran panjang misalnya mistar, meteran gulung (stikmeter), jangka sorong, dan mikrometer skrup, dimana masing-masing alat ukur memiliki perbedaan dalam ketelitian mengukur panjang.

2. MISTAR
Pada mistar , jarak antara 2 garis tebal yang berdekatan sama dengan 1 sentimeter dan jarak antara 2 garis tipis yang berdekatan sama dengan 1 milimeter. Pada jarak dua garis tebal terdapat 9 garis tipis. Jadi 1 sentimeter sama dengan 10 milimeter. Satuan terkecil pada mistar adalah 1 milimeter, sehingga ketelitiannya 1 milimeter.

3. JANGKA SORONG
Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang memiliki ketelitian mencapai 0,1 mm. Jangka sorong terdapat 2 skala yaitu, skala utama dan skala nonius. Jangka sorong memilikindua bagian kaki pengukur yaitu bagian yang cembung digunakan untuk pengukuran biasa dan bagian yang cekung kedalam digunakan untuk mengukur diameter dalam sebuah benda, misaknya diameter sebuah cincin.
a. Cara menggunakanjangka sorong adalah sebagai berikut :
Misalnya kita mengukur diameter sebuah pipa. Setelah pipa kita jepit, maka kita kunci dengan memutar skrup pengunci. Kemudian kita baca pada rahang tetap, yaitu dengan skala di depan skala nonius yang tepat berimpit dengan garis skala rahang tetap
Hasil pembacaan = skala tetap + skala nonius

4. MIKROMETER SKRUP
Mikrometer Skrup dapat digunakan untuk mengukur ketebalan benda-benda yang sangat tipis atau benda yang berskala kecil. Pada mikrometer sekrup terdapat dua skala yaitu skala tetap dan skala putar (skala nonius). Ketelitian mikrometer sekrup mencapai 0,01 mm
- Benda atua pelat tipis yang akan diukur ketebalannya diletakkan diantara landasan dan sumbu. Kemudian gagang pemutar kita atur sehingga plat tersebut terjepit dengan kuat, baru kita tarik kunci kearah kiri agar tidak terjadi pergeseran lagi (mengunci).
- Untuk menentukan besarnya pengukuran maka pembacaan skala kita lakukan dengan membaca skala tetap terlebih dahulu, dengan satuan milimeter, yaitu garis skala tetap yang tepat berada didepan gagang pemutar. Pada pembacaan skala putar akan kita peroleh suatu angka tertentu kemudian kita kalikan dengan 0,01. Jumlah pembacaan skala tetap dan skala putar inilah yang merupakan hasil dari pengukuran.

Rabu, 17 Agustus 2011


Sinar Sang Senja

Aku seharian menunggu disini di taman dekat kota. Menunggu datangnya senja. Walau aku tidak tahu kapan. Aku tak bisa melihat dunia, mataku hanya menatap dengan koson. Jika sudah mulai senja, penjaga kebun atau biasa kupanggil Pak Amir, yang biasa memberitahuku.
" Pak,sudah mulai senja ya ? " tanyaku .
" Iya, neng. Kok neng tahu ? " tanyanya .
" Felling saja, rasanya hangat dan sedikit dingin. " kataku tertawa kecil.
" Sudah hampir senja neng. Hitung mundur dari sekarang saja. " katanya lalu pergi.
" 10..9..8..7..6..5..4..3..2..1., sudah gelapkah ? " gumamku. " Ayo pulang Lisha ! " ajak ibu. Aku berjalan perlahan lalu naik ke mobil.
" Aku tak tahu bagaimana wajahku, aku tak tahu, bagaimana ibu, ayah, dan kakak . Aku juga ingin melihat Rika. " Kataku.
" Kau akan tahu, Lis. Suatu saat. " kata ibu pelan. Aku hanya  duduk bersender. Aku duduk di kasur. lalu ayah meninggalkanku sendirian.
" Ayah, aku takut sendiri " kataku.
" Kau buta ! semua yang kau lihat gelap! untuk apa ditemani ? bukankah setiap hari kau jalani dengan kegelapan ?! " ayah membentakku lalu pergi.
" Memang !! semua hariku hanyalah air mata ! dan kebutaanku adalah ketakutan terbesarku !! seharusnya ayah mengerti !! " teriakku keras. Ayah diam sepertinya dia menatapku.
" Maafkan ayah, Lis. Ayah hanya menyesal kau buta. " kata ayah pelan.
" Tinggalkan aku sendiri. " kataku kesal. Ayah keluar kamar dan menutup pintu perlahan.
" Lis, biar kakak yang menemanimu. " kata kak Fina. Aku mengangguk. Kak Fina tidur di sebelahku. Akupun terlelap disampingnya.
Burung - burung berkicau, aku sudah bangun dari tadi, sedangkan kak Fina baru bangun.
" Sekarang jam berapa ? " tanyaku .
" Jam 6, Lis. " jawabnya. Aku mengagguk. aku sarapan dengan nasi goreng .
" Bu, antarkan aku ke taman langsung. Aku rasa Rik sudah menunggu. " kataku, ibu langsung mengantarkanku ke taman. Lalu ibu meninggalkanku.
" Eh, neng, pagi - pagi sudah datang. " sapa Pak Amir . Aku tersenyum, " Nungguin Rika, pak."
" Oh, eh, itu neng Rika! " seru pak Amir. Rika menghampiriku.
" Lis... " aku menoleh ke arah suara Rika. Aku mendengar isakan - isakan tak jelas.
" Aku akan memberi waktu terbaik untukmu. " katanya tenang.
" Kamu berkata seperti itu untuk apa ? kau selalu memberi hal terbaik untukku. " kataku tertawa. Dia menggandeng tanganku erat. Aku seharian bermain dengannya. Hingga hampir senja. Aku berbaring diatas rumput hijau dengan telapak tangan bertumpuk di bawah kepalaku.
" Seperti apa senja itu ? " tanya Rika .
" Pasti indah. Seperti persahabatan kita. " kataku.
" Iya, Lis.. ini juga senja terakhir kita. " gumam Rika.
Sebentar lagi senja, Rika dan aku menghitung mundur, namun tiba - tiba aku merasa Rika sudah tak di sampingku. Terdengar suara orang menyapu, aku langsung bertanya, " Pak Amir ? "
" Iya, neng. "
" Rika kemana ya ? " tangaku lagi.
" Tadi Pak Amir lihat dia pergi sambil nangis. " katanya.
" Pak Amir pergi dulu ya. " pamitnya. Aku mengengguk.
" Rika nangis kenapa ? " tanyaku.
" Lisha, ayo pulang. " kata ibu. Aku digandeng menuju mobil.
Sampai di kamar, aku langsung tertidur karena lelah bermain.
Esoknya, ayah, ibu, dan kak Fina datang dengan wajah gembira.
" Lisha sayang, ada kabar baik. " kata ibu senang.
" Apa ? " tanyaku.
" Ada pendonor mata yang ingin menyumbangkannya untukmu. " kata ayah.
" Hah? Benarkah ?! " teriakku.
" Iya, sayang. " sahut kak Fina.
Nanti sore aku sudah bisa melihat.
Kataku dalam hati
" Mana Rika ya ? " tanyaku. Ayah dan Ibu diam.
" Nanti udah dibuka, buka mata pelan - pelan ya. " kata dokter. Aku mengangguk. Suster membukanya pelan - pelan. Akupun membuka mata pelan - pelan, terlihat warna - warni dan sedikit silau.
Lalu kulihat samar - samar.
" Ayah ? Ibu ? Kak Fina ? " tanyaku.
Ibu memelukku.
" Mana Rika ? " tanyaku. Ayah dan Ibu bertatapan.
" Mata Rika ada padamu sekarang. " kata kak Fina.
Aku tertegun, lalu menangis.
" Aku ingin ke taman, sebelum senja. " kataku pelan.
Aku sudah duduk di taman. Aku melihat wajah orang yang sudah agak tua.
" Pak Amir ? " tanyaku.
" Neng, sudah bisa melihat kan ? Selamat ya. " ujarnya. Aku mengangguk.
" Jadi, kemarin senja terakhirku dengannya ? " gumamku.
" Suatu saat Rika pasti bersamamu lagi melihat senja. " kata kak Fina.
Aku mengangguk. Kini mata biru Rika ada padaku.
Terimakasih, Rika. Matamu membuat aku bisa melihat. Aku tahu kau sedang tersenyum di sana.

Karya : Gracia Ninda Aulycia ( Ninda )

Senin, 15 Agustus 2011

Buku Harian Anton

Oleh: Ika Maya Susanti

“Aku pulang duluan ya!” pamit Anton pada Doni.
Doni melirik jam tangannya. Waktu pulang sekolahnya masih dua jam lagi.
“Huh, enak sekali jadi Anton. Ia selalu diberi izin untuk bisa pulang lebih dulu!” gerutu Doni.
“Pst, Don, bukunya Anton tertinggal tuh!” seru Kia yang duduk di belakang Doni sambil berbisik.
Doni melihat ke arah bawah meja milik Anton. Benar, ada buku milik Anton yang tertinggal di sana. Doni mengambil buku itu dan menyimpannya dalam tas.
Pikiran Doni kembali melamun tentang Anton. Temannya itu meski masih kelas lima SD, tetapi prestasinya di bidang sepak bola sangat banyak. Dan sudah sebulan ini, Anton harus bolak balik dari Lamongan menuju Surabaya karena bergabung di tim sepak bola provinsi untuk memersiapkan diri bertanding di tingkat nasional.
“Tapi, apa iya jadi harus selalu izin seperti itu?!” batin Doni iri.
Rasa iri Doni juga makin bertambah ketika ia ingat bagaimana para guru kerap memuji Anton karena selalu langganan mendapat rangking sepuluh besar. Doni tahu, Anton hampir tidak pernah mendapat nilai jelek saat ujian.
“Ah, pasti para guru itu telah curang dengan selalu memberi nilai bagus pada Anton!” pikiran buruk hinggap di otak Doni.
Sampai di rumah, Doni terlupa menelepon Anton jika ia membawa buku milik Anton. Doni baru teringat ketika sudah sore hari. Saat ia membongkar tasnya, barulah buku itu terlihat oleh Doni.
“Iya ya, ini kan bukunya Anton yang tadi tertinggal!” gumam Doni sambil memerhatikan buku bersampul merah yang mirip seperti buku harian.
Dalam hati, Doni penasaran dengan isi buku tersebut. Doni tahu, ia tidak boleh seenaknya membuka buku yang bukan miliknya. Namun karena begitu ingin tahu, Doni akhirnya membuka buku tersebut dan membaca isinya mulai dari halaman yang diberi pita pembatas buku.
Di buku itu, Doni jadi tahu bagaimana aktivitas Anton yang sebenarnya. Anton yang bercerita betapa bangganya ia bisa bergabung di tim provinsi. Anton yang kecapekan karena harus membagi waktu antara latihan dan belajar. Anton yang tetap semangat mengerjakan tugas sekolah di mobil sewaktu menuju Surabaya atau saat pulang ke Lamongan. Anton yang terkadang iri pada Doni karena bisa punya banyak waktu luang untuk bermain. Anton yang…
“Hah, jadi seperti ini ya aktivitas Anton yang sebenarnya?” seru Doni terkejut.
Dalam bayangannya, Doni merasa tidak sanggup jika harus menjadi seperti Anton. Pasti rasanya tidak enak karena tidak bisa memiliki waktu luang untuk bermain atau menonton tivi, pikir Doni.
“Ah, aku jadi malu karena telah berpikir yang tidak-tidak tentang Anton. Kalau begitu, pantas saja ia bisa berprestasi di sepak bola dan selalu jadi siswa yang mendapat rangking sepuluh besar di kelas. Ternyata Anton meraih itu semua dengan kerja keras!” cetus Doni yang kagum pada Anton.
Doni mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Anton.
“Ton, bukumu tadi tertinggal. Sekarang buku itu ada di aku,” tulis Doni.
Tak berapa lama, jawaban dari Anton terkirim ke ponsel Doni.
“Terima kasih. Tolong disimpan dulu ya.”
Doni berjanji, besok saat di sekolah, ia harus meminta maaf kepada Anton. Doni sadar, ia telah salah karena selama ini sudah iri pada Anton. Apalagi, ia selalu mengira jika Anton pasti mendapat nilai bagus karena guru-gurunya yang telah bersikap curang. Dan satu hal lagi, Doni juga harus meminta maaf karena telah membuka buku harian milik Anton tanpa seizin pemiliknya.
(Cerpen ini pernah dimuat di Majalah Bravo edisi Juni 2011)

Sumber cerita : http://ikapunyaberita.wordpress.com/category/cerita-anak/

Pak Umar dan Sepeda Jengkinya

Oleh: Ika Maya Susanti

“Bapak itu lagi!” Niar menggumam dalam diam di tepi jendela. Matanya menatap malam yang sedang memilih warna hitam pekat. Namun pandangan Niar yang sebenarnya, ada di berbagai peristiwa. Gaya melamunnya milik orang kebanyakan, duduk di depan meja sambil kedua tangannya menopang dagu.
Inilah rutinitas Niar seusai belajar. Melamun! Dan kali ini tema lamunan Niar seusai belajar adalah tentang seorang pria hampir paruh baya yang bagi Niar selalu khas lekat dengan sepeda jengkinya.
Niar sangat tahu betul sosok itu. Selama setahun kemarin, bapak itu selalu berpapasan dengannya di jalan. Niar kerap menyalip sepedanya di pagi hari. Terutama jika itu adalah hari Senin. Semua orang tahu, hari Senin adalah waktu untuk upacara bendera. Dan bagi Niar, hari Senin berarti juga waktunya piket membersihkan kelas. Karena itulah, hari Senin menjadi alasan bagi Niar untuk menjadi pembalap pagi hari di jalan.
Menyalip sepeda bapak itu juga dilakukan Niar di hampir setiap pulang dari sekolah. Banyak orang akan melakukan hal seperti yang Niar lakukan, bergegas mengenderai sepeda di tengah terik siang yang menyengat.
Sepeda milik Niar bukanlah sepeda balap. Sepeda dengan keranjang di depan, sepeda andalan yang pas untuk para perempuan. Tidak ada juga perangkat untuk memberatkan atau meringankan kayuhan  pengendaranya yang biasa terletak di stang sepeda.
Hanya saja, Niar memang selalu punya gagasan untuk menjadi pembalap di jalan. Bahkan, mengajak balapan angkutan umum berisi teman-temannya yang juga pulang sekolah. Sebentuk kebanggaan yang terukur bagi Niar, bila ia bisa mengalahkan mobil bertubuh kuning itu. Meski sebetulnya, tentu saja dikarenakan kecepatan angkutan umum tersebut yang tidak bisa melaju cepat. Kendaraan itu kerap mampir di banyak tempat, menurunkan dan mengangkut penumpang, lalu tetap berjalan lambat demi, andai saja ada penumpang di dalam gang yang terlihat sedang berjalan untuk menyetop angkutan umum.
Sepeda milik bapak itu juga bukan sepeda tua, sehingga membuat pengendaranya selalu disalip banyak orang.             Sepeda jengki, begitu orang menyebut jenisnya. Ibarat tubuh manusia, sepeda jenis ini bertubuh tinggi langsing, lebih ramping meski berfisik mirip sepeda kumbang. Namun kalau urusan laju, diameter bannya yang besar bisa membuat sepeda ini melaju lumayan gesit.
Jadi mengapa Niar kerap menyalip bapak itu, jelas sudah bukan karena urusan kualitas sepeda. Tapi, karena alasan Niar untuk harus cepat saat mengendarai sepeda di jalan. Dan, alasan bapak itu selalu berkenan disalip oleh Niar, tak pernah Niar ketahui.
Tapi sejak tadi siang, Niar punya dasar kuat untuk tidak menjadi pembalap di jalan raya. Apalagi, kini ia punya penghalang untuk tidak lagi bisa menyalip bapak bersepeda jengki yang sudah Niar ketahui identitasnya.
Paginya, Niar memang masih menjadi pembalap. Karena di awal hari itu, Niar ingin punya pengalaman pertama yang menyenangkan saat ia sudah bisa mengganti rok birunya dengan warna abu-abu.
Semua bermula dari upacara bendera. Sebetulnya mata Niar menatap silau ke segala penjuru arah. Topi barunya tak bisa menutupi wajahnya dengan maksimal. Apalagi, tidak ada barisan yang memagar di depannya. Nias sempat menggerutu, mengapa ia menjadi murid paling tinggi di kelasnya sekarang. Karena itu berarti, selama setahun nanti Niar harus kerap berada di barisan paling depan sebagai aturan baku baris berbaris. Siapa yang paling tinggi, baris di tempat kehormatan paling depan!
Para guru berbaris di tempat yang teduh, menghadap para siswa baru yang menikmati sinar pagi kaya manfaat untuk tubuh. Berbalikan dengan aturan baris berbaris pada siswa, para guru berbaris dengan aturan siapa yang paling dulu. Atau, mungkin siapa yang paling mungil, dialah yang ada di depan. Karena dalam pengamatan Niar, ternyata bapak itu berbaris di barisan paling depan, berikut juga barisan di samping kanan kirinya yang juga terdiri dari para guru dengan tinggi tubuh yang tak jauh beda dengannya.
Tapi tentu tidak ada satu orangpun yang sengaja mengatur, mengapa Niar bisa berbaris paling depan dan mengapa bapak itu juga satu arah dengannya berbaris paling depan. Lalu di kemudian waktu, membuat mereka saling kerap bertatap-tatapan.
“Ya Tuhan… itu kan bapak yang sering aku salip di jalan?” waktu itu Niar ingat pasti kalau dia cuma bisa tanpa sadar membuka mulut lebar tanda ternganga. Sedangkan bapak yang ditatap Niar, membalas dengan senyum khas yang kerap dilihat Niar.
“Ah ya, senyum itu!” Niar ingat pasti bagaimana ada seseorang yang pernah membuatnya cemberut hanya karena ia tersenyum.
Dalam pikiran Niar, sulit dijelaskan tentang seseorang yang bisa menikmati sinar matahari di siang hari. Mungkin itu sah jika jawabannya adalah para turis di Kuta Bali. Tapi ini, adalah seorang bapak, dengan seragam abu-abu gelapnya, yang mengendarai sepeda jengki, berikut senyum bahagianya.
Ya, senyum itu memang terlihat tulus tanpa paksaan matahari yang panas. Meski keringat juga terlihat mengucur lancar di wajahnya yang tak bertopi. Dan Niar menjadi keki karena tidak bisa ikut berbahagia seperti cara bapak itu!
Lain waktu, Niar menjumpai bapak itu di kala sore hari. Kali ini juga dengan kondisi yang membuat Niar geleng-geleng kepala tanda salut. Si bapak bisa memancar senyum bahagia dalam kondisi tak terbebani sosok di belakangnya. Di balik tubuh bapak itu, ada seorang wanita yang mungkin istrinya, duduk bergaya menyamping, sambil memikul setumpuk perangkat dan bahan dagangan untuk berjualan nasi boran.
Membayangkan memangkunya dalam diam saja, Niar tak mampu. Perangkat dan bahan untuk berjualan makanan khas Lamongan itu tak pernah bisa hadir dengan versi sederhana sejak dulu. Ada nasi yang diletakkan di sebuah wadah besar dari jalinan bambu yang disebut boran. Berikut, berbagai lauk yang diletakkan di beberapa wadah terpisah. Jika bagian-bagian itu disatukan, maka jadilah tumpukan setinggi sekitar kaki orang dewasa yang harus dipangku oleh wanita itu di atas dudukan belakang sepeda jengki.
Memang, tumpukan itu bisa melekat pada tubuh pembawanya karena ada selendang sebagai alat pengikat untuk menggendong. Tapi memeganginya sambil menjaga keseimbangan dengan duduk di boncengan sepeda, tentu menghasilkan gerakan-gerakan yang membuat si pemboncengnya harus lihai mengendalikan setir sepeda.
Dan jika pembonceng itu adalah Niar, ia yakin, baru satu kayuhan saja sepedanya pasti akan oleng ke samping karena beban yang ada di belakangnya. Jadi pastinya, tak akan ada gambaran dalam pikiran Niar untuk bisa menikmati kayuhan sepeda sambil tersenyum bahagia!
***
Namanya Pak Umar. Kini, memang sudah ada yang berubah dari hubungan Niar dengan orang yang selalu hanya ia bisa sebut dengan panggilan bapak atau bapak bersepeda jengki, tanpa embel-embel nama asli di belakangnya.
Setelah kejadian upacara di hari pertama ia masuk sekolah, Niar jadi mengenal nama Pak Umar. Karena, bapak itu lalu menjadi guru Matematika di kelasnya. Bapak yang senang menebar senyum sepanjang jalan sambil mengayuh sepeda itu ternyata juga murah berwajah ramah saat mengajar. Padahal mata pelajarannya adalah satu dari sekian pelajaran yang tidak disukai Niar. Juga, kebanyakan teman-temannya. Tapi entah karena senyuman Pak Umar, atau memang cara mengajarnya, Niar jadi betah dan mudah mengerti Matematika.
Di jalan pun, kini Niar bisa sambil ikut tersenyum saat mengayuh sepeda. Karena, ada Pak Umar yang kadang enak untuk diajak berbicara selama di perjalanan saat kebetulan berbarengan. Jikalau harus menyalip Pak Umar karena suatu hal, ia bisa terbiasa untuk menggunakan perilaku kesopanan. Niar akan menyapa, mengatakan maaf, lalu permisi untuk melaju lebih dulu.
Namun hampir satu semester, Niar selalu kesulitan untuk menjawab pertanyaannya sendiri tentang Pak Umar. Niar masih penasaran, mengapa seorang guru yang mengajar di sekolah dengan label RSBI masih harus mengayuh sepeda. Yang Niar bingungkan, sekolahnya kini sedang berusaha menstandarkan pendidikannya dengan standar internasional. Dan, bukankah untuk masuk ke sana, Niar dan kawan-kawannya sudah membayar cukup banyak uang setara sekolah di swasta? Apa iya uang-uang itu tidak bisa meningkatkan kesejahteraan seorang guru seperti Pak Umar? Apa iya ini hanya karena Pak Umar tak pernah membuka les sepeeti kebanyakan guru-guru Niar lainnya, sehingga tak memiliki uang pemasukan tambahan?
Yang Niar tahu, banyak guru di sekolahnya mengendarai mobil atau motor. Itu pun jika motor, modelnya pasti keluaran terbaru. Hanya Pak Umar, guru dengan transportasi sepeda jengki. Karena rasa penasaran itu makin memuncak, Niar mulai memberanikan diri mulai menyusun aksi.
Berbagai pertanyaan itu makin menumpuk dengan satu rasa penasaran lagi yang dimiliki oleh Niar. “Mengapa Pak Umar selalu bersepeda dengan tersenyum? Meskipun di bawah panas terik matahari, atau meskipun sedang membonceng istrinya yang membawa setumpuk wadah boran, mengapa harus ada senyum di wajahnya?”
Kali ini, Niar berniat main ke rumah Pak Umar. Kebetulan, Niar memiliki kesulitan dengan pokok bahasan kalimat persamaan. Setelah meminta izin untuk berencana main ke rumah Pak Umar di waktu petang, Niar akan mencoba menanyakan rasa penasarannya itu.
Wawancara langsung antara Niar dengan Pak Umar akhirnya terjadi. Tentunya didahului dengan kata-kata maaf dan permisi seusai masalah Niar tentang kalimat persamaan dapat ia mengerti dari Pak Umar.
Pertanyaan pertama Niar. “Kenapa ya, Bapak kok masih betah dengan sepeda jengki? Maaf sekali lagi lho Pak, atas pertanyaan saya. Soalnya, bagi saya Bapak itu unik, sih!”
Pak Umar sedikit tergelak mendengar pertanyaan tersebut. “Yah… sekarang kan sedang tren aksi go green!” jawab Pak Umar santai namun sebetulnya cukup masuk akal. Di mana-mana, apalagi di kota besar, saat ini begitu banyak gerakan bersepeda yang bahkan dilakukan para pegawai kantoran.
Tapi Niar memicingkan mata tak percaya karena teringat hal yang lain. “Masak sih, Pak? Tapi, sambil membonceng Ibu, apa Bapak juga tidak terpikir kesulitan sehingga juga ingin punya motor?”
Pak Umar menggelengkan kepala.
Niar lalu menemukan jawaban pertanyaannya sendiri. “Oh, saya tahu. Bapak ini menghayati lagu Oemar Bakri-nya Iwan Fals, ya?” canda Niar yang dijawab tawa Pak Umar, masih dengan bonus gelengan kepala.
“Atau… maaf nih Pak, apa iya gaji Bapak tidak cukup untuk beli motor? Kan Bapak ngajar di RSBI. Gajinya pasti besar. Atau, kenapa Bapak tidak mengadakan les Matematika saja seperti para guru Fisika dan Kimia?” Niar masih mencecar. Ia sudah bertekad, malam itu, ia harus mendapatkan jawaban dari rasa penasarannya.
Kali ini strategi Niar rupanya berhasil. Pak Umar langsung menghela nafas dalam. “Hm… pasti kali ini Pak Umar akan menjawab jujur pertanyaanku,” batin Niar yakin.
“Saya itu tidak pernah terpikir untuk ingin mengambil keuntungan dari les, Niar. Cukuplah menerangkan kalian dengan jelas di kelas. Kalau ada yang kurang mengerti, akan saya persilakan datang bertanya ke rumah. Ya seperti kamu sekarang ini.”
“Lalu?” Niar masih tidak puas karena pertanyaannya masih belum dijawab.
“Hm… saya itu tidak bisa naik motor lho!” jawaban Pak Umar bermimik serius yang tak dipercayai oleh Niar. Niar malah tertawa. Pasti Pak Umar cuma beralasan mengada-ada, itu pikir Niar.
“Lho, serius ini! Banyak orang yang menawari saya untuk belajar. Tapi saya malu. Masa, sudah tua seperti saya ini baru belajar naik sepeda motor,” jelas Pak Umar yang langsung membuat Niar malu karena sudah tertawa sendiri pada orang yang telah bicara jujur.
“Aduh Pak, kalau begitu saya minta maaf ya. Saya benar-benar tidak berniat menyinggung Bapak. Sekali lagi saya mohon maaf,” pinta Niar.
Pak Umar tersenyum, dan Niar langsung ingat pertanyaannya yang lain.
Menginjak ke pertanyaan dari rasa penasarannya yang ke dua. “Pak, Bapak apa tidak tersiksa kepanasan setiap siang? Tidak keberatan ketika sedang menggonceng Ibu? Soalnya saya lihat, Bapak ini aneh! Siang-siang kepanasan tapi masih bisa naik sepeda sambil tersenyum. Waktu membonceng istri Bapak juga begitu,” aksi reportase Niar sepertinya sulit untuk berhenti.
“Oh, itu… Saya itu punya kebiasaan melamun lho, saat naik sepeda. Kadang, saya sambil ingat hal-hal lucu yang sering saya ketahui. Misalnya, melihat ulah kalian waktu di kelas. Atau, kadang saya terpikir tentang ide baru untuk bisa menerangkan Matematika dengan mudah kepada kalian nantinya di kelas. Pokoknya, melamun sambil naik sepeda itu banyak menghasilkan inspirasi!” mantap jawaban Pak Umar.
Niar sedikit mengernyitkan kening.
“Niar coba deh kalau tidak percaya. Biar Niar nggak suka kebut-kebutan lagi di jalan. Bahaya, anak gadis main kebut-kebutan naik sepeda di jalan besar!”
Mendengar petuah itu, Niar malu sendiri.
Sesampainya di rumah, Niar menyesal. Ia menyesal karena sepertinya pertanyaan-pertanyaannya tadi telah menyinggung Pak Umar. Ia pun menyesal karena ternyata setelah tahu jawaban Pak Umar, ia juga masih harus melamun di pinggir jendela seperti biasanya.
“Bayangkan saja, hari semoderen ini, masih ada orang yang tidak bisa naik motor?” Niar bertanya pada bayangan tak jelas dalam pikiran lamunannya.
***
Sedangkan orang yang dilamunkan Niar, ternyata juga sedang termenung diri. Sejak kepulangan sang murid dari rumahnya, berkali-kali ia bergumam kata maaf. Ia memang sudah tidak jujur pada jawaban dari pertanyaan-pertanyaan Niar yang rasanya sudah terpikirkan sebelumnya oleh muridnya itu. Namun kalaupun Pak Umar harus jujur, sungguh, ia justru akan mengeluarkan penjelasan sepanjang rumus Matematika. Seperti saat menerangkan penguraian sebuah kalimat matematika yang panjang. Atau, selengkap rumus dimensi ruang yang membutuhkan unsur panjang kali lebar kali tinggi. Mungkin ditambah dengan kali lama, karena penjelasan Pak Umar memerlukan ketinggian pemahaman.
Sejak muda, Pak Umar sudah bisa mengendarai sepeda motor. Tapi posisinya, selalu dalam istilah pinjam milik orang lain. Mungkin orang tak akan lantas percaya, jika Pak Umar sepertinya punya surat keterangan tambahan sejak lahir, tidak bisa memiliki sepeda motor!
Setiap hendak membeli motor, ada saja yang menjadi ganjalannya. Orangtua sakit, anak perlu biaya sekolah, istri butuh modal, tetangga perlu pinjam orang, dan semua itu bisa silih berganti datang hingga sekarang.
Kini, uang yang selalu ada setiap bulannya dari gaji mengajarnya, uang yang selalu ada setiap harinya dari hasil berjualan nasi boran istrinya, selalu ada tersedia untuk menuju ke kantong kedua anaknya yang butuh biaya pendidikan. Anak Pak Umar memang cerdas dan pintar. Namun kelebihan itu tidak sekaligus membuat mereka bisa ditanggung total kebutuhan pendidikannya di sekolah oleh beasiswa.
Dan beberapa tahun terakhir ini, Pak Umar telah menghentikan setiap usahanya untuk memiliki sebuah sepeda motor. Ia sadar, garis hidup yang ia miliki sepertinya adalah berjodoh dengan sepeda jengki yang tak berpolusi.

Catatan: Cerpen ini awalnya saya ikutkan lomba di LMCR 2010. Namun karena tidak menang, kembali akhirnya saya masukkan cerpen ini ke dalam blog. Ide awal dari cerpen ini sendiri adalah tentang seorang pria hampir paruh baya yang kerap saya lihat bersepeda dengan santai. Tentang ia yang tetap tersenyum meski sedang terpapar sinar matahari, itu benar adanya. Karena menarik, ia pun akhinya saya abadikan ke dalam sebuah cerpen ini yang lalu saya kembangkan dengan gaya imajinasi saya.

Cerpen ini diambil dari : http://ikapunyaberita.wordpress.com/category/cerita-remaja/

Memaafkan dan Memberikan Kasih Kepada Dia Yang Menyakitimu

Terkadang ketika kita dikecewakan oleh orang - orang yang telah kita sayangi dan orang yang telah kita percaya, kita pasti merasakan kekecewaan dan kesedihan yang mendalam.Bahkan, sangat sulit untuk melupakan apa yang telah terjadi dan apa yang telah di ukirnya bersama kita.
Seperti itulah yang saya rasakan ketika saya dikecewakan oleh orang yang saya sayangi. Saya adalah seorang mahasiswa yang sempat melabuhkan hati saya kepada seseorang yang seiman. Tapi karena adanya suatu masalah yang melibatkan orang ketiga saya pun harus mengakhiri hubungan itu dengan rasa sedih yang mendalam. Kesedihan saya bukanlah karena saya tidak memiliki dia lagi sebagai kekasih, tetapi karena ketidakmampuan saya untuk menerima kekecewaan yang harus saya alami, karena begitu tulusnya saya kepadanya, begitu ingin nya saya berubah menjadi lebih baik ketika saya berhubungan dengannya, saya ingin memiliki hubungan yang sehat dan berjalan sesuai firman Tuhan. Saya juga ingin mengubahkan dia menjadi lebih baik. Karena ketulusan yang begitu dalam itulah yang membuat saya terluka, dan sulit bagi saya untuk melupakan nya, terlebih dengan adanya orang ketiga yang membuat saya merasa bersalah karena orang ketiga itu tidak lain adalah mantan pacar nya. Saya merasa bersalah karena saya sudah melukai hati 2 orang sekaligus. Sebab selain perempuan itu juga masih menyayanginya, tetapi ada orang yang juga menaruh kasih kepada saya yang tidak saya tahu sebelumnya.
Sulit buat saya ketika menerima kenyataan. Sulit bagi saya untuk memaafkannya. Tapi saya berdoa kepada Tuhan. Saya serahkan hidup saya sepenuhnya kedalam tanganNya. Meskipun saya akui sangat sulit, tapi semua itu perlahan menjadi lebih baik. Setiap saya berdoa saya tidaklah meminta untuk kembali padanya. Tetapi saya meminta Tuhan berikan yang terbaik, Tuhan jamah hati saya dan dia. Saya minta kepada Tuhan kedamaian hati. Sebab saya tidak ingin adanya permusuhan diantara saya dan dia, ataupun dia yang menjadi orang ketiga diantara kami. Saya selalu berusaha memberikan senyuman ketika saya bertemunya dikampus, saya selalu berusaha sabar ketika perempuan itu meng-sms saya untuk menjauhi orang yang dikasihinya. Sebagai seorang perempuan yang memiliki hati dan perasaan, sangat sulit bagi saya menerima semuanya. Tetapi dikala saya menerima perlakuan itu, selalu saya berusaha membalas nya dengan kasih. Saya minta bimbingan Tuhan. Bagaimana saya harus bersikap yang berkenan di mata Tuhan. Bagaimana saya harus mengambil makna yang dalam dari semua yang saya hadapi.
Dengan bimbingan Tuhan saya berhasil lalui itu semua. Saya mampu mengahadapi nya dengan tetap memberikan kasih dan memaafkan. Dengan hati ikhlas dan sabar saya terima semua yang terjadi. Karena saya tahu rencana Tuhan itu indah pada waktunya. Dia tidak akan memberikan ujian yang melebihi kekuatan kita.Dia memberikan ujian yang berat, karena Dia ingin kita lebih mengenal Dia dan Dia tahu bahwa kita mampu manghadapinya.
Jadi, buat anda yang merasakan kekecewaan dan luka yang seperti saya alami, adalah hal yang baik jika anda memaafkan dan memberikan kasih kepada dia yang melukai hati anda. Tetaplah mendoakanya karena hanya melalui doa lah, dia yang melukai hati anda akan menyadari kesalahannya kelak. Biarkan Tuhan yang bekerja didalam hidup dan masalah anda.
GBu :)

Sumber Artikel : http://gema.sabda.org/memaafkan_dan_memberikan_kasih_kepada_dia_yang_menyakitimu 

Walk With God

Setiap orang pasti memunyai masa lalu, baik berkesan maupun menyakitkan. Seringkali manusia merasa sedih dan tidak memunyai harapan, apabila ia teringat akan masa lalunya, khususnya masa lalu yang sama sekali tidak menyenangkan. Nah, sebenarnya perlu tidak sih mengingat masa lalu? Seseorang pasti akan begitu menggebu-gebu, apabila ia diminta menceritakan masa lalunya yang menyenangkan. Namun, seseorang akan menjadi sangat sensitif, apabila ia harus menceritakan masa lalu yang tidak mengenakkan. Masa lalu merupakan salah satu hal penting yang mengantarkan kita pada keberhasilan sekarang ini, meskipun itu masa lalu yang kurang baik. Meski masa lalu memunyai andil untuk menjadikan kita lebih baik dari yang dulu, tetapi jangan sampai kita terlalu lama membiarkan pikiran kita berjalan-jalan pada masa itu. Tidak menjadi soal apabila kita terkenang pada masa lalu yang menyenangkan, tetapi akan menjadi masalah apabila kita terlanjur terjebak dalam masa lalu yang menyakitkan dan kita sulit keluar. Mengapa demikian?
Saat seseorang mengenang masa lalunya yang kurang menyenangkan, maka seluruh energi, pikiran, bahkan hati, akan terfokus dan terkuras untuk menanggapi respon masa lalu tersebut. Tak jarang hal ini akan menguras habis energi kita untuk beberapa hal yang tidak baik, yaitu:
1. Kita akan kembali merasakan kesedihan, kekecewaan, kepahitan, dan perasaan tidak menyenangkan lainnya. Kehilangan sukacita.
2. Perasaan ingin membalas perbuatan orang lain, tumbuh kembali
3. Susah untuk maju atau memandang masa depan dengan pikiran positif
4. Tidak memunyai semangat karena hidupnya selalu dikendalikan dengan masa lalu yang pernah dialami.
5. Kita akan merasa marah, jengkel, dan pasti akan menyesali perbuatan sendiri. Biasanya akan memunculkan pertanyaan semacam ini, "Harusnya aku dulu tidak melakukan itu!" "Seharusnya aku bisa mengendalikan diri", dll.

Mengingat masa lalu yang kurang menyenangkan akan membuat seseorang tidak bisa maju. Baik dalam pelayanan, persekutuan, gereja, pekerjaan, dan terutama akan memengaruhi kehidupan pribadi seseorang. Lalu bagaimanakah memperlakukan masa lalu, baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan? Pergunakanlah masa lalu sebagai salah satu alat refleksi perkembangan kehidupanmu hingga sekarang ini. Ketika kita diijinkan mengalami suatu hal yang tidak menyenangkan dalam hidup kita, bukan berarti Tuhan tidak memperhatikan kita. Setiap waktu, setiap peristiwa yang kita alami adalah proses yang akan membawa kita pada rencana-Nya. Ingat, bahwa rencana Tuhan tidak ada yang gagal. Sekalipun peristiwa yang terjadi tidak menyenangkan, namun semua itu adalah bagian dari keindahan rencana Tuhan yang akan dinyatakan pada kita. Pandanglah masa lalu secara positif, tanpa mengalami masa lalu, kita tidak akan bisa menikmati hidup sekarang ini.

Jika kita bisa bersyukur atas setiap peristiwa yang dialami, pasti hidup ini akan lebih mudah untuk dijalani. Terlebih lagi apabila kita sadar bahwa setiap peristiwa merupakan proses untuk menuju ke rencana-Nya yang indah. Segala sesuatu terjadi karena Tuhan yang mengijinkan, dan Ia tidak akan meninggalkan. Sekalipun itu pencobaan, tentulah tidak akan melebihi kekuatan kita. Nah, jangan pernah putus asa, jangan menyesali masa lalu, bersyukurlah dalam segala hal karena Kristus mengasihi kita. Memang, jika kita berjalan bersama Tuhan, yang sangat sulit akan terasa sangat mudah untuk dijalani. Tuhan memberkati.

Sumber Artikel : http://gema.sabda.org/walk_god

Minggu, 14 Agustus 2011

Kisah Nyata Anak Durhaka dari Singapura

BACALAH DAN RENUNGKANLAH ...
 
Terlampir di bawah ini adalah Kisah Nyata dari Negeri tetangga beberapa
dekade lalu yang cukup menghebohkan hingga Perdana Menteri saat itu, Lee
Kwan Yew senior turun tangan dan mengeluarkan dekrit tentang orang
lansia di Singapura.
 
Dikisahkan ada orang kaya raya di sana mantan Pengusaha sukses yang
mengundurkan diri dari dinia bisnis ketika istrinya meninggal dunia.
Jadilah ia single parent yang berusaha membesarkan dan mendidik dengan
baik anak laki-laki satu-satunya hingga mampu mandiri dan menjadi
seorang Sarjana.
 
Kemudian setelah anak semata wayangnya tersebut menikah, ia minta ijin
kepada ayahnya untuk tinggal bersama di Apartemen Ayahnya yang mewah dan
besar. Dan ayahnya pun dengan senang hati mengijinkan anak menantunya
tinggal ber-sama2 dengannya. Terbayang dibenak orangtua tersebut bahwa
apartment nya yang luas dan mewah tersebut tidak akan sepi, terlebih
jika ia mempunya cucu. Betapa bahagianya hati bapak tersebut bisa
berkumpul dan membagi kebahagiaan dengan anak dan menantunya.
 
Pada mulanya terjadi komunikasi yang sangat baik antara
Ayah-Anak-Menantu yang membuat Ayahnya yang sangat mencintai anak
tunggalnya itu tersebut tanpa sedikitpun ragu-ragu menghibahkan seluruh
harta kekayaan termasuk apartment yang mereka tinggali, dibaliknamakan
ke anaknya itu melalui Notaris terkenal di sana.
 
Tahun-tahun berlalu, seperti biasa, masalah klasik dalam rumah tangga,
jika anak menantu tinggal seatap dengan orang tua, entah sebab mengapa,
suatu hari mereka bertengkar hebat, yang pada akhirnya, anaknya tega
mengusir sang Ayah keluar dari apartment mereka yang ia warisi dari Ayahnya.
 
Karena seluruh hartanya, Apartemen, Saham, Deposito, Emas dan uang tunai
sudah diberikan kepada anaknya, mulai hari itu dia menjadi pengemis di
Orchard Rd. Bayangkan, orang kaya mantan pebisnis yang cukup terkenal di
Singapura tersebut, tiba-tiba menjadi pengemis!
 
Suatu hari, tanpa disengaja melintas mantan teman bisnisnya dulu dan
memberikan sedekah, dia langsung mengenali si ayah ini dan menanyakan
kepadanya, apakah ia teman bisnisnya dulu. Tentu saja, si ayah malu dan
menjawab bukan, mungkin Anda salah orang, katanya.
Akan tetapi temannya curiga dan yakin, bahwa orang tua yang mengemis di
Orchad Road itu adalah temannya yang sudah beberapa lama tidak ada kabar
beritanya. Kemudian, temannya ini mengabarkan hal ini kepada teman2-nya
yang lain, dan mereka akhirnya bersama-sama mendatangi si Ayah.
Semua mantan sahabat karibnya tersebut langsung yakin bahwa pengemis tua
itu adalah Mantan pebisnis kaya yang dulu mereka kenal. Dan dihadapan
para sahabatnya, si ayah dengan menangis ter-sedu2, dia menceritakan
semua kejadian yang sudah dialaminya. Maka, terjadilah kegemparan di
sana, karena semua orangtua di sana merasa sangat marah terhadap anak
yang sangat tidak bermoral itu.
 
Kegemparan berita tersebut akhirnya terdengar sampai ke telinga PM Lee
Kwan Yew Senior.
PM Lee sangat marah dan langsung memanggil anak dan menantu durhaka
tersebut. K Mereka dimaki-maki dan dimarahi habis-habisan oleh PM Lee
dan PM Lee mengatakan "Sungguh sangat memalukan bahwa di Singapura ada
anak durhaka seperti mereka" .
 
Lalu PM Lee memanggil sang Notaris dan saat itu juga surat hibah itu
dibatalkan demi hukum! Dan surat hibah yang sudah baliknama ke atas nama
anaknya tersebut disobek-sobek oleh PM Lee. Sehingga semua harta milik
yang sudah dihibahkan tersebut kembali ke atas nama Ayahnya, bahkan anak
menantu itu sejak saat itu dilarang masuk ke Apartment ayahnya.
 
Mr Lee Kwan Yew ini ternyata terkenal sebagai orang yang sangat berbakti
kepada orangtuanya dan menghargai para lanjut usia (lansia). Sehingga,
agar kejadian serupa tidak terulang lagi, Mr Lee mengeluarkan
Kebijakan/Dekrit yaitu "Larangan kepada para orangtua untuk tidak
menghibahkan harta bendanya kepada siapapun sebelum mereka meninggal.
Kemudian, agar para lansia itu tetap dihormati dan dihargai hingga akhir
hayatnya, maka dia buat Kebijakan berupa Dekrit lagi, yaitu agar semua
Perusahaan Negara dan swasta di Singapura memberi pekerjaan kepada para
lansia. Agar para lansia ini tidak tergantung kepada anak menantunya dan
mempunyai penghasilan sendiri dan mereka sangat bangga bisa memberi
angpao kepada cucu-cucunya dari hasil keringat mereka sendiri selama 1
th bekerja.
 
Anda tidak perlu heran jika Anda pergi ke Toilet di Changi Airport,
Mall, Restaurant, Petugas cleaning service adalah para lansia. Jadi
selain para lansia itu juga bahagia karena di usia tua mereka masih bisa
bekerja, juga mereka bisa bersosialisasi dan sehat karena banyak bergerak.
Satu lagi sebagaimana di negeri maju lainnya, PM Lee juga memberikan
pendidikan sosial yang sangat bagus buat anak2 dan remaja di sana, bahwa
pekerjaan membersihkan toilet, meja makan diresto dsbnya itu bukan
pekerjaan hina, sehingga anak2 tsb dari kecil diajarkan untuk tahu
menghargai orang yang lebih tua, siapapun mereka dan apapun profesinya.
Sebaliknya, Anak di sana dididik menjadi bijak dan terus memelihara rasa
hormat dan sayang kepada orangtuanya, apapun kondisi orangtuanya.
Meskipun orangtua mereka sudah tidak sanggup duduk atau berdiri,atau
mungkin sudah selamanya terbaring diatas tempat tidur, mereka harus
tetap menghormatinya dengan cara merawatnya.

Mereka, warganegara Singapura seolah diingatkan oleh PM Lee agar selalu
mengenang saat mereka masih balita, orangtua mereka-lah yang
membersihkan tubuh mereka dari semua bentuk kotoran, memberi pula yang
memberi makan dan kadang menyuapinya dengan tangan mereka sendiri, dan
menggendongnya kala mereka menangis meski dini hari dan merawatnya
ketika mereka sakit.

Hormatilah, Kasihilah, Sayangilah orang tuamu selama mereka masih ada di sisimu ...