Rabu, 17 Agustus 2011

Sinar Sang Senja

Aku seharian menunggu disini di taman dekat kota. Menunggu datangnya senja. Walau aku tidak tahu kapan. Aku tak bisa melihat dunia, mataku hanya menatap dengan koson. Jika sudah mulai senja, penjaga kebun atau biasa kupanggil Pak Amir, yang biasa memberitahuku.
" Pak,sudah mulai senja ya ? " tanyaku .
" Iya, neng. Kok neng tahu ? " tanyanya .
" Felling saja, rasanya hangat dan sedikit dingin. " kataku tertawa kecil.
" Sudah hampir senja neng. Hitung mundur dari sekarang saja. " katanya lalu pergi.
" 10..9..8..7..6..5..4..3..2..1., sudah gelapkah ? " gumamku. " Ayo pulang Lisha ! " ajak ibu. Aku berjalan perlahan lalu naik ke mobil.
" Aku tak tahu bagaimana wajahku, aku tak tahu, bagaimana ibu, ayah, dan kakak . Aku juga ingin melihat Rika. " Kataku.
" Kau akan tahu, Lis. Suatu saat. " kata ibu pelan. Aku hanya  duduk bersender. Aku duduk di kasur. lalu ayah meninggalkanku sendirian.
" Ayah, aku takut sendiri " kataku.
" Kau buta ! semua yang kau lihat gelap! untuk apa ditemani ? bukankah setiap hari kau jalani dengan kegelapan ?! " ayah membentakku lalu pergi.
" Memang !! semua hariku hanyalah air mata ! dan kebutaanku adalah ketakutan terbesarku !! seharusnya ayah mengerti !! " teriakku keras. Ayah diam sepertinya dia menatapku.
" Maafkan ayah, Lis. Ayah hanya menyesal kau buta. " kata ayah pelan.
" Tinggalkan aku sendiri. " kataku kesal. Ayah keluar kamar dan menutup pintu perlahan.
" Lis, biar kakak yang menemanimu. " kata kak Fina. Aku mengangguk. Kak Fina tidur di sebelahku. Akupun terlelap disampingnya.
Burung - burung berkicau, aku sudah bangun dari tadi, sedangkan kak Fina baru bangun.
" Sekarang jam berapa ? " tanyaku .
" Jam 6, Lis. " jawabnya. Aku mengagguk. aku sarapan dengan nasi goreng .
" Bu, antarkan aku ke taman langsung. Aku rasa Rik sudah menunggu. " kataku, ibu langsung mengantarkanku ke taman. Lalu ibu meninggalkanku.
" Eh, neng, pagi - pagi sudah datang. " sapa Pak Amir . Aku tersenyum, " Nungguin Rika, pak."
" Oh, eh, itu neng Rika! " seru pak Amir. Rika menghampiriku.
" Lis... " aku menoleh ke arah suara Rika. Aku mendengar isakan - isakan tak jelas.
" Aku akan memberi waktu terbaik untukmu. " katanya tenang.
" Kamu berkata seperti itu untuk apa ? kau selalu memberi hal terbaik untukku. " kataku tertawa. Dia menggandeng tanganku erat. Aku seharian bermain dengannya. Hingga hampir senja. Aku berbaring diatas rumput hijau dengan telapak tangan bertumpuk di bawah kepalaku.
" Seperti apa senja itu ? " tanya Rika .
" Pasti indah. Seperti persahabatan kita. " kataku.
" Iya, Lis.. ini juga senja terakhir kita. " gumam Rika.
Sebentar lagi senja, Rika dan aku menghitung mundur, namun tiba - tiba aku merasa Rika sudah tak di sampingku. Terdengar suara orang menyapu, aku langsung bertanya, " Pak Amir ? "
" Iya, neng. "
" Rika kemana ya ? " tangaku lagi.
" Tadi Pak Amir lihat dia pergi sambil nangis. " katanya.
" Pak Amir pergi dulu ya. " pamitnya. Aku mengengguk.
" Rika nangis kenapa ? " tanyaku.
" Lisha, ayo pulang. " kata ibu. Aku digandeng menuju mobil.
Sampai di kamar, aku langsung tertidur karena lelah bermain.
Esoknya, ayah, ibu, dan kak Fina datang dengan wajah gembira.
" Lisha sayang, ada kabar baik. " kata ibu senang.
" Apa ? " tanyaku.
" Ada pendonor mata yang ingin menyumbangkannya untukmu. " kata ayah.
" Hah? Benarkah ?! " teriakku.
" Iya, sayang. " sahut kak Fina.
Nanti sore aku sudah bisa melihat.
Kataku dalam hati
" Mana Rika ya ? " tanyaku. Ayah dan Ibu diam.
" Nanti udah dibuka, buka mata pelan - pelan ya. " kata dokter. Aku mengangguk. Suster membukanya pelan - pelan. Akupun membuka mata pelan - pelan, terlihat warna - warni dan sedikit silau.
Lalu kulihat samar - samar.
" Ayah ? Ibu ? Kak Fina ? " tanyaku.
Ibu memelukku.
" Mana Rika ? " tanyaku. Ayah dan Ibu bertatapan.
" Mata Rika ada padamu sekarang. " kata kak Fina.
Aku tertegun, lalu menangis.
" Aku ingin ke taman, sebelum senja. " kataku pelan.
Aku sudah duduk di taman. Aku melihat wajah orang yang sudah agak tua.
" Pak Amir ? " tanyaku.
" Neng, sudah bisa melihat kan ? Selamat ya. " ujarnya. Aku mengangguk.
" Jadi, kemarin senja terakhirku dengannya ? " gumamku.
" Suatu saat Rika pasti bersamamu lagi melihat senja. " kata kak Fina.
Aku mengangguk. Kini mata biru Rika ada padaku.
Terimakasih, Rika. Matamu membuat aku bisa melihat. Aku tahu kau sedang tersenyum di sana.

Karya : Gracia Ninda Aulycia ( Ninda )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar